Kualitas pendidikan di Indonesia yang buruk rupanya
mengusik hati pengusaha Sukanto Tanoto.
Pendiri sekaligus chairman Royal
Golden Eagle (RGE) ini berupaya ikut memperbaikinya lewat beragam cara. Ia
berharap langkah-langkah tersebut mampu meningkatkan kecerdasan anak bangsa.
Saat
ini pendidikan di negeri kita masih berada di level yang rendah. Data yang
dipaparkan oleh DW dengan mengacu
kepada Indeks Pendidikan UNESCO pada 2017 dapat menjadi rujukan. Di sana
terdapat fakta mengenaskan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih kalah di
bawah sejumlah negara kecil seperti Samoa, Palestina, maupun Mongolia.
Dalam
data tersebut, posisi Indonesia ada di peringkat ke-108 di dunia. Peringkat
tersebut didapat setelah negeri kita hanya meraup indeks sebanyak 0,603. Jumlah
itu kalah jauh dibanding Singapura yang menembus peringkat kesembilan. Negeri
jiran itu memiliki indeks 0,768.
Peringkat
Indonesia yang rendah tak lepas dari kondisi pendidikan yang memprihatinkan.
Dalam data yang dipaparkan DW
tercatat bahwa hanya sekitar 44 persen penduduk negeri kita yang mampu
menuntaskan pendidikan di sekolah menengah. Dari para siswa yang sekolah di
sana, ada sebelas persen di antaranya yang gagal menempuh bangku sekolah
menengah hingga lulus.
Dari
kisah tersebut, Sukanto Tanoto termasuk
yang mengalaminya. Ia pernah putus sekolah. Gara-garanya sekolahnya ditutup
karena ada insiden G30S. Setelah itu, ia pun tidak bisa melanjutkan sekolahnya
karena sang ayah masih berstatus sebagai warga negara asing.
Rupanya
kegagalan menempuh pendidikan itu membekas di benak Sukanto Tanoto. Ia merasakan betapa tidak enak ketika kesulitan
mengakses pendidikan. Padahal, ilmu dari pendidikan merupakan bekal
hidup yang sangat penting.
Hal
itu pula yang akhirnya membuat Sukanto
Tanoto ingin melakukan “balas dendam”. Ia berupaya keras agar orang tidak
lagi merasakan kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang dirasakannya pada
saat muda.
Ada
dua jalan yang diambil oleh Sukanto
Tanoto dalam mewujudkan niatnya tersebut. Ia memanfaatkan RGE serta
menggandeng yayasan sosial yang didirikannya, Tanoto Foundation.
Lewat
perusahaan yang dimilikinya, Sukanto
Tanoto berusaha membantu meningkatkan kualitas sekaligus memudahkan akses
pendidikan ke semua pihak. Hal itu diwujudkan dalam beragam kegiatan Community Development yang dirancang
oleh RGE.
Salah
satu contohnya Asian Agri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi
pada Oktober 2017. Bekerja sama dengan Tanoto Foundation, anak perusahaan
Sukanto Tanoto yang bergerak di industri kelapa sawit itu membangun
perpustakaan sekolah di SDN 159/V Tanjung Benanak di Kecamatan Merlung.
Sebelum
membangun, Asian Agri telah melakukan riset dan turun langsung ke lokasi. Itu
dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan oleh sebuah wilayah
dengan tepat. Dari kegiatan tersebut,
diketahui bahwa anak-anak di SDN 158/V memerlukan perpustakaan.
Maka,
Asian Agri tak ragu melakukan pembangunan perpustakaan. Kebetulan, Tanoto Foundation sudah berkiprah
terlebih dulu di sana. Mereka memberikan bantuan buku-buku sebagai koleksi
sekaligus melatih guru dalam pengelolaan perpustakaan.
Asian
Agri merasa perpustakaan merupakan hal vital dalam meningkatkan kecerdasan
anak. Mereka berharap anak-anak desa di sana mampu memiliki wawasan yang luas
meski tinggal di kawasan terpencil.
Mereka
mengacu terhadap biografi Sukanto Tanoto.
Ia memang putus sekolah dan tidak menempuh pendidikan formal. Namun, pria
kelahiran Belawan tersebut tetap bersemangat menuntut ilmu. Ia melakukannya
dengan cara rajin membaca apa pun mulai dari buku hingga koran.
“Kualitas
pendidikan pedesaan itu penting untuk mewujudkan generasi cerdas desa,” kata
Welly Pardede, Head Sustainability
Operation & CSR Asian Agri, di Jambi
Independent. Menurutnya membangun perpustakaan di desa amat penting.
“Anak-anak kita bisa menjadi generasi cerdas desa, yang tidak ketinggalan
dengan anak-anak kota,” kata dia.
Berkat
dukungan dari Asian Agri, SDN 158/V sudah memiliki perpustakaan yang memadai.
Ruangan seluas 6x6 meter telah disulap oleh perusahaan Sukanto Tanoto tersebut menjadi perpustakaan yang sebagian
ruangannya difungsikan sebagai Unit Kesehatan Sekolah.
MENINGKATKAN
KUALITAS PENGAJAR

Dalam upaya ikut mencerdaskan anak bangsa, Sukanto Tanoto tak hanya menyasar para
siswa. Ia tahu persis pendidikan berkualitas tidak bisa lepas dari mutu para
pengajarnya. Itu pula yang membuatnya peduli terhadap kemampuan para guru.
Melalui
Tanoto Foundation yang didirikannya, Sukanto Tanoto berusaha membenahi
kualitas pengajar. Mereka membuat program yang dinamai sebagai Pelita Guru
Mandiri.
Program
ini merupakan upaya dari Tanoto
Foundation untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi guru. Langkah yang
diambil bermacam-macam. Ada yang dilatih tentang sistem pembelajaran
kontekstual yang efektif dan menyenangkan. Ada pula pengajar yang diberi
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan dengan diberi bantuan beasiswa.
Salah
satu contohnya dilakukan Tanoto Foundation
pada Desember 2016 di Provinsi Riau. Mereka memberikan beasiswa kepada sebelas
orang guru untuk mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi.
Kegiatan
ini disambut baik oleh para guru. Mereka memang membutuhkan dukungan untuk
menambah tingkat pendidikannya. Misalnya seorang guru PAUD Mutiara Kasih
bernama Atin Reni Asih. Ia sangat senang mendapat beasiswa dari Tanoto Foundation. Pasalnya, sebagai
ibu tunggal dengan dua orang anak, ia merasa cukup keberatan dalam membiayai
kuliah yang ditempuh.
"Saya
merasa sangat terbantu sekali dengan beasiswa ini karena selama ini saya
sendiri yang mencari uang untuk biaya kuliah saya. Semoga dengan bantuan ini
saya bisa menyelesaikan studi dengan cepat tanpa harus memikirkan dana," ujar
Reni yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa PG-PAUD Universitas Terbuka,
semester VI ini di Hallo Riau.
Reni hanya salah satu contoh guru yang mendapat dukungan dari
Tanoto Foundation. Hingga Desember
2016, sudah ada 151 orang guru yang memperoleh bantuan beasiswa serupa.
Untuk
memperluas jangkauan kegiatan Pelita Guru Mandiri, Tanoto Foundation bermitra dengan 215 sekolah. Akibatnya mereka
telah melatih lebih dari 2.200 kepala sekolah dan guru. Bahkan ada 230 guru
yang dididik sebagai peer educator (guru
yang memiliki kemampuan mendidik guru lain, Red.).
Beasiswa
semacam ini juga dibuka oleh perusahaan Tanoto
Foundation. Asian Agri dan Grup APRIL membuka beasiswa ikatan kerja. Dalam
pelaksanaan, mereka menjalin kerja sama dengan Tanoto Foundation.
Program
ini dinamai sebagai Regional Champion Scholarship. Secara khusus, beasiswa
hanya terbuka bagi para siswa asal Sumatra Utara, Riau, dan Jambi yang ingin
mendapatkan pendidikan jenjang S1.
Oleh Tanoto Foundation, para calon
diseleksi. Sesudahnya mereka dapat menempuh kuliah di salah satu dari 28
perguruan tinggi yang menjadi mitra Tanoto
Foundation.
Banyak
keuntungan yang bisa didapat oleh penerima beasiswa. Mereka tidak hanya
mendapat kemudahan biaya pendidikan, namun juga memperoleh uang saku. Bahkan,
mereka sudah mendapatkan kepastian berkarier di salah satu anak perusahaan RGE
yang didirikan oleh Sukanto Tanoto.
Kegiatan
ini diharapkan oleh Sukanto Tanoto
mampu mengangkat tingkat pendidikan warga Indonesia. Meski kisah hidup dalam biografi Sukanto Tanoto yang berjuang
keras mendapat pendidikan memang inspiratif, namun diharapkan tidak ada lagi
yang merasakan kesulitan seperti dia.